Wanita Biasa
Bahasa cintaku bukanlah diam ...
Itu isyaratkan sesuatu yang lain
Suatu tanda gejolak yang tak terungkapkan..
Berkecamuk dalam ruang sempit di hati
Menanti agar terucap dari mulutku
Berapa kali telah berulang
Aku pun sudah pernah bilang
Namun kau belum juga mengerti
Atau memang kau sungguh tak peduli
Haruskah kuserukan dengan menggelegar
Atau kuukir di seribu wahana
lalu kusebar ke seluruh dunia
Baru kau akan tersadar ?
Dulu bahasaku adalah diam dan selalu coba mengerti
Aku belajar mendengar sepenuh hati
Tak pernah berharap untuk dikasihi,
Hanya ingin memberi dan mencintai
Tapi apa yang kuberi tak pernah mencukupi
Memberimu alasan tak puas akan diri ini
Aku mulai lelah...
Bahasaku lalu berganti
Marah katakan marah, benci katakan benci
Tak ada lagi diam dan coba mengerti
Kaulah yang memaksa aku jadi begini
Kalau saja kau tak usah merajai
Hatiku pun rela untuk mencintai segenap hati
Sekarang aku lagi perih
Hanya ingin berseru dan memaki
Tak ingin aku mencintai dengan bahasamu
Yang selalu meminta tanpa memberi
Katakan cinta tapi tak memberi cinta
Aku kuat tapi aku lunglai
Aku berani tapi aku gentar
Aku mencintai tapi tertatih-tatih
Aku lelah untuk bermain peran
Apalagi harus aku berkorban
Aku pun wanita biasa
Tak mampu selalu berdiri tegak
Aku pun wanita biasa
Yang ingin dicintai dan dimengerti
Walau hanya sekali dalam seribu waktu
Dan hanya sesaat di waktu sekali itu
Apakah ini juga tak mau kau beri ?
0 comments:
Post a Comment